Saturday, December 17, 2016

Air Mata Allepo

         Air Mata Allepo 

Tak Kala Langit Cerah 
Jadi Mendung Hujan Peluru dan Bom 
Berdatangan Orang-Orang Berlarian Kesana Kemari 
Menjerit, Berteriak, Menangis Meminta Pertolongan 
Saudaraku Dibantai, Diperangi, dan Dibunuh 
Seolah Nyawa Mereka Tak Ada Artinya Lagi 
 
 
Air Mataku Becucuran Bercampur Darah 
Tapi Siapa Yang Peduli.... 
Seorang Istri Menjadi Janda 
Seorang Anak Menjadi Yatim Piatu 
Seorang Suami Menjadi Duda 
 
Dulunya Berkeluarga Sekarang Sendiri 
Senjata Dibuat Untuk Membunuh 
Bukan Untuk Melindungi 
Karena Ego Semata 
 
Lalu Dimanakah Akal Manusia 
Tidakkah Engkau Menangis Melihatnya 
Tidakkah Engkau Kasihan Melihatnya 
Tidakkah Engkah Marah Melihatnya
Lalu Siapa Yang Patut Disalahkan 
 
 
Kabarkan Pada Dunia
Kita Berduka Untuk Syiria Aleppo 
 
Bantulah Saudara Kita Dengan Tindakan, 
Harta Ataupun Do’a 
Ya Allah Lindungilah Saudara-Saudara Kami 
Di Berbagai Penjuru Dunia 
Dari Segala Mara Bahaya 
Yang Menimpa Dari Kami 
Untuk Aleppo Tercinta 
 
 
 
Oleh : Parabi Satria

Tangisan Anak-anak Palestina


Tangisan Anak - anak Palestina dan Suriah
 

Mereka menangis...

Mereka kehilangan…

Orang tua, sanak, saudara...

Mereka terluka... Hati mereka tersayat...

Mereka, anak – anak Palestina dan Suriah... 

 

Hati mereka menjerit... 

Mereka terbiasa melihat mayat- mayat bergelimpangan...

Mereka terbiasa dengan suara jeritan, suara tangisan, Kepedihan.. 

 

Di mana... 

Di manakah hati kalian wahai orang muslim...? 

Buta kah kah kalian? Atau tuli kah kalian...? 

Sehingga mereka tak dapat tertawa bahagia lagi. 

 

 Laa ilaaha ilallah...

Laa ilaaha ilallah...

Laa ilaaha ilallah...

Mereka, anak- anak Palestina dan Suriah. 

Tidak takut terhadap kematiannya.

Meskipun musuh mengacungkan senapannya ke hadapan mereka. 

 

Laa ilaaha ilallah.. 

Laa ilaaha ilallah.. 

Laa ilaaha ilallah.. 

Mereka, anak- anak Palestina dan Suriah. 

 

Berpegah teguh. 

Berlindung kepada Nya. 

Meskipun mereka belajar dengan balutan kedinginan. 

 

Hanya satu yang mereka harapkan 

Hanya satu yang mereka harapkan 

Hanya satu... 

 

Ya Allah...

Ya Allah...

Ya Allah...

 

Buka kan lah hati saudara muslim kami. 

Agar bisa bantu mereka. 

 

(Rep: Riwa Gyantra, Pekanbaru)

Thursday, December 15, 2016

Ayah, Ibu Mangapa Mereka Membenci Kita


Ayah...!!! 

kata mereka kau penjahat.

padahal sebenarnya engkau bukan penjahat Ayah..!! 

mengapa mereka jauhkan aku darimu.

mereka menangkapmu tanpa memberi kesempatan untuk menciumku meskipun hanya 1 kali, 

atau mengusap air mata ibu 

 

Ibu..!! 

aku melihat air mata di kelopak mata mu setiap pagi.

 

Apakah Palestina tidak berhak diberi pengorbanan..??

Setiap hari aku bertanya pada matahari Ibu...

apakah ayah akan kembali pada kita suatu hari

ataukah dia akan pergi selamanya sampai hari kiamat

atau dia akan mengusap air mata ibu yg terus menetes setiap hari..??

 

wahai ayah, 

dimanakah engkau..?? 

Ooh... bayi2 yang dijajah

kini telah datang hari raya baru setelah hari raya tahun lalu 

dan bayi baru pun terlahir setelah bayi yg itu dan para syuhada berguguran 

setelah gugurnya Syahid yang lalu

sedangkan ayah masih disembunyikan 

dibalik jeruji besi dalam sel 

mengerikan yang tidak layak dihuni manusia 

mana hari kemenangan dan kehancuran penjara- penjara itu..??

 

malulah kalian... 

malulah kalian... 

malulah kalian... 

aku ingin ayah pulang.... 

ku ingin ayah pulang.... 

aku ingin ayah pulang... 

 

#forPalestina

Surat Kecil Adik Mu Di Palestina


Bismillah... 

Atas nama cinta, aku ingin menyapamu… 

Kakak, apa kabarmu di negeri aman tenteram itu? 

Apa pagi ini Kakak sudah bergegas untuk bangun dan menjemput mimpi?

Ataukah Kakak masih terlelap di pembaringanmu yang nyaman? 

Kakak, aku di sini tidak bisa tidur. 

Di sini dingin...

tak ada selimut hangat seperti yang tengah engkau kenakan. 

Kakak... bagaimana menu sahurmu pagi tadi? 

Apakah Kakak suka? 

Atau malah sebaliknya...? 

kau sisakan makanan di piring makanmu karena engkau tak selera? 

Padahal, apa Kakak tahu? 

Untuk dapat makan, aku harus menunggu di antrean panjang, karena persediaan makanan pun kami tak punya. 

Kakak, kenapa Kakak sulit dibangunkan shalat malam? 

Apakah malammu terlalu indah? 

Ataukah tidurmu terlalu nyenyak? 

Kakak, tak ingatkah engkau untuk doakan aku? 

Minimal satu kali dalam sehari, engkau sebut aku dalam lantunan doamu. 

Doakan aku agar aku masih mampu menyongsong hari esok dan merasakan sejuknya udara di pagi hari, lagi dan lagi. 

Karena aku juga punya mimpi yang harus aku kejar esok hari, sama sepertimu.

Kakak, kenapa kamu begitu loyo dalam bekerja? 

Apa gajimu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhanmu? 

Atau mungkin engkau mulai tidak betah dengan nyamannya hidupmu itu? 

Coba lihat aku, aku lihat dengan mata kepala sendiri satu persatu saudaraku dipukuli, ditembaki, ditampar, dibakar, dipenggal. 

Pemandangan itu sudah jadi santapanku sehari-hari. 

Dan aku telah bersiap untuk semua itu. 

Tapi aku tetap tegar. 

Kakak, kenapa waktumu engkau sia-siakan begitu saja? 

Engkau banyak berkhayal, duduk manis membuang waktumu di depan layar komputermu. 

Adakalanya kau dendangkan musik di kala bosan untuk sekedar membunuh waktu senggangmu. 

Atau bahkan engkau mainkan games di layar gadget-mu sambil tertawa, atau mengumpat tiba-tiba jika engkau kalah. 

Tidakkah engkau sadar terkadang aku juga ingin? 

Tapi apa daya, tank baja raksasa itu memakan lahan bermain aku dan teman-temanku. 

Bahkan tak jarang letupan senjata yang memekakkan telinga itu diarahkan untuk merusak tempat tinggalku. 

Kakak, aku mau tinggal di mana? 

Kakak, kudengar sesekali engkau mengeluh dengan suhu kamarmu yang terkadang membuat gerah. 

Kakak, maukah engkau sejenak bertukar tempat denganku? 

Kini, terik matahari adalah selimut siangku, dinginnya angin malam adalah mantel tidurku. 

Aku tidak punya tempat yang layak, Kak. 

Mereka telah mengambilnya dari kami.

Kakak, dalam beberapa waktu ke belakang, sudah berapa lama engkau bertamasya? 

Sudah berapa sering engkau ke bioskop untuk menonton film baru? 

Kakak, mengertilah...

Puasaku saja kadang tak disambut dengan berbuka, untuk kusambung di hari berikutnya. 

ku tidak punya makanan, Kakak. 

Aku juga mau roti gandum dipadu susu, atau sereal cokelat yang sering engkau santap di pagi hari. 

Kakak, pernahkah engkau berpikir untuk menjengukku? 

Atau minimal engkau memikirkan aku? 

Di tanah ini, ribuan pasukan dan bala tentaranya telah mengepung kami dan siap membumihanguskan rumah-rumah kami. 

Jikapun di dunia kunikmati santap sahur, doakan aku agar surga menyambutku di kala berbuka jika memang takdir itu yang harus aku terima. 

Aku ikhlas, Kak. 

Inilah sekelumit bentuk perjuangan kami untuk mempertahankan tempat suci ini.

Kakak, tak perlulah engkau datang ke sini. 

Aku hanya meminta kebaikan lisanmu untuk senantiasa doakan aku dan saudaraku. 

Doakan aku agar selalu bertahan, doakan aku agar hidupku yang singkat ini diliputi keberkahan. 

Salam dari kami adik-adik mu di Palestin...

Kami Dibantai Karna Kami Islam


Detik demi detik

Setiap menit demi menit 

seakan akan ajal kami semakin dekat. 

Hidup dalam bayang-bayang akan kematian 

yang kapan saja bisa merenggut nyawa ini. 

Bukan kematian yang kami takut saat ini.

Bukan... Karna disini kami sudah terbiasa dengan kematian. 

Dimana -mana kalian akan melihat mayat-mayat saudara-saudara kami, 

entah dia tua, muda, bahkan sekali pun dia masih bayi. 

Mereka semua tidak akan luput dari kesadisan para pembenci kami, 

hanya karna kami ini Islam. 

Apa salah kami...? 

Apa yang membuat kalian begitu ini membunuh kami...? 

Apa kalian tidak merasakan betapa sakit hati ini saat kalian bunuh ibu bapak kami.

Kalian bakar rumah-rumah kami. 

Apa kami salah terlahir di negeri kalian, atau kami ini hanya terlahir untuk dibunuh kalian. 

Jika kami bisa memilih, kami akan berdoa dan memohon kepada tuhan kami. 

Untuk tidak melahirkan di negeri kalian ini. 

Negeri dimana kezhaliman merajalela. 

Tapi semua sudah ditakdir oleh tuhan kami. 

Dan tuhan kami memilih kami merasakan semua ini.

Karna, tuhan kami tau hanya kami yang mampu menghadapi semua ini. 

Ingin kami pergi dari negeri yang dimana kami dilahirkan. 

Namun kemana kami akan pergi...? 

Kemana kami akan diterima...? 

Semua mata tertutup untuk kami...!!! 

Air mata kami sudah tidak berarti di negeri kami. 

Belas kasih telah hilang di negeri kami.

Bahkan se ekor anjing lebih baerarti dari pada kami. 

Ya Allah.. 

ya Tuhan kami...

Segera kan lah kematian akan kami. 

Agar kami dapat menemukan kebahagian kami. 

Kebahagian yang tidak kami dapat kan di bumi Mu ini.

Sepucuk surat dari Alleppo

Mengapa...? 

Apa salah kami...? 

Apa yang membuat kalian benci kepada kami...? 

Jika kami salah maka mohon maaf kan kami... 

kami hanya ingin hidup dalam kedamaian. 

Kenapa...? 

Kenapa... ? 

Engkau tega membunuh ayah kami...

ibu kami... 

kakak-kakak kami... 

saudara-saudara kami... 

dimana belas kami mu kepada kami. 

Apa karna kami islam, karna itu kalian benci kepada kami. 

Kini kami yatim piatu, kini kami tidak ada tempat berteduh. 

Rumah-rumah kami, mesjid-mesjid kami, sekolah-sekolah kami, semua telah hancur. 

Kalian renggut semua. 

Apa kalian senang sekarang melihat kami menangis darah...? 

Apa kalian bangga telah membantai saudara-saudara kami...? 

Hanya doa yang selalu kami panjatkan setiap saat, bukan untuk mebalas perbuatan kalian, tpi agar kalian sadar bahwa perbuatan kalian sungguh sangat tidak berkemanusian.  

Dan Sedikit pun kami tidak pernah ingin membalas perbuatan kalian. 

Wednesday, December 14, 2016

ISTRI TEMPAT SUKA DAN DUKA KU

Namaku Syahrul, 

saat ini aku sudah menikah dan memiliki istri begitu solehah.

Alhamdulilah.... kami dikaruniai  4 anak yang masing-masing berusia 12 tahun, 10 tahun, 5 tahun,  dan 1 tahun. 

Ketika baru menikah, aku masih  berstatus mahasiswa. 

Dan demi membiayai kehidupan kami aku pun sambil jadi supir taxi. 

Alhamdulillah... Istriku selalu setia mendampingi ku, walauh hidup kami pas sangat sederhana. 

Tak lama dari pernikahan ku, lahir anak pertama pertama kami, namaun kehidupan kami masih bisa dbilang pas-pasan. 

Setelah beberapa bekerja akhir nya aku putus kan berhenti dan mencari pekerjaan lain. 

Selang beberapa minggu aku di terima bekerja sebagai penagih kartu kredit. 

Aku berkeiling  ke sana kemari mengendarai motor, panas dan hujan semua aku jalani demi anak dan istriku. 

Selang beberapa tahun kemudian lahir anak kedua kami. 

Aku pun mencoba melamar kerja di sebuah perusahaan perbankan. 

Hari demi hari aku lalui semua. Sampai anak ketiga kami lahir. 

Dan berkat doa anak-anak dan istriku jabatanku pun naik. 

Setelah itu kehidupan kami pun berubah. 

Sampai suatu saat Anak-anak suka bilang, " bosan yah naik motor melulu,ayah beli mobil dong"

Alhamdulilah akhirnya  aku pun bisa punya mobil. 

Anak anakku tidak kepanasan kalau pergi kemana-mana, Istriku juga bisa telah bisa mengendarai mobil sendiri. 

Disaat kami diatas, mulai lah godaan datang. 

Wanita-wanita mulai menggoda dari segala penjuru. 

Namun aku selalu ingat ALLAH-ku, wajah istri ku dan anak-anakku. 

Kutanamkan dalam pikiranku : " Disaat aku telah memiliki harta yang cukup, wanita-wanita itu datang menggoda.

Apalagi yang mereka cari kalau bukan suka pada harta yang ku miliki saat ini. 

Dulu saat aku miskin dan hidup pas-pasan, mana ada wanita yang mendekati ku, hanya istri ku yang selalu menemani ku dari suka dan duka. 

Di saat hari libur aku selalu bersama istri dan anak- anakku. Itulah kebahagiaan yang tak dapat kutukar dengan apapun. 

Alhamdulilah dengan ketegasan ku untuk menolak wanita itu, dia pun malu sendiri karna aku dengan gagah nya menolak dia. 

Aku juga tidak lupa untuk selalu mohon kekuatan pada Allah Ta'ala agar aku di beri kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi kehidupan ini. 

Aku berpesan kepada sahabat-sahabat yang telah berstatus sebagai seorang suami. Jika kita ada diatas, ingatlah akan selalu siapa yang setia bersama kita disaat kita di bawah dulu.

Jangan sakiti hati istrimu. 

Dia titipan Allah Ta'ala dan anugrah terindah. 

Dan dia yang selalu setia kepada mu disaat engkau terpuruk sekali pun. 

Dan dia rela meninggalkan orang tua nya, demi bisa bersama mu, Orang yang di sayangi dan di cintai.
 

Semoga dengan kisah ini membuat para sahabat. lebih menghargai dan menghormati istri sahabat. Bagaimana pun istri adalah titipan Allah yang harus kita jaga.

Sekian...

Sumber: Syahrul hidayat